25 Februari 2009

Santo Eugenius : Bapa Pendiri Kongregasi OMI (2)



Inilah pengalaman rohani St. Eugenius pada hari Jumat Agung di tahun 1807.

Pada Sebuah Jumat Agung 1807*

“Aku mencari kebahagiaan di luar Allah
dan setelah sekian lama yang kutemukan hanyalah penderitaan.
Betapa sering di masa lalu hatiku tercabik, tersiksa,
memohon bantuan kepada Allah yang telah kutinggalkan.
Dapatkah aku melupakan airmata kesedihan yang mengalir
saat aku memandang Salib pada hari Jumat Agung itu?
Memang airmata itu mengalir dari dasar lubuk hatiku
dan tidak ada yang dapat mencegahnya.
Airmata itu terlalu banyak untuk bisa kusembunyikan
dari orang lain yang juga hadir dalam perayaan yang mengharukan itu.
Aku dalam keadaan berdosa berat
dan inilah yang membuat hatiku amat sedih.

Kemudian, di lain kesempatan,
aku dapat merasakan perbedaannya.
Belum pernah jiwaku merasa sebegitu lega,
Belum pernah jiwaku merasa lebih berbahagia.
Ini semua hanya karena, di sela-sela banjir airmata,
meskipun sedih atau lebih tepatnya, berkat kesedihanku,
jiwaku melompat sampai pada tujuan akhirnya,

yaitu Allah, satu-satunya Tujuan,
yang bila sampai hilang akan amat terasa
Untuk apa bercerita lebih banyak lagi?
Memangnya aku akan pernah mampu mengungkapkan dengan tepat
apa yang aku alami pada saat itu?
Hanya dengan mengingatnya saja, hatiku selalu diliputi
dengan penghiburan rohani yang manis.

Aku mencari kebahagiaan di luar Allah,
dan di luar Dia, yang kutemukan hanyalah derita dan kemalangan.
Tetapi senangnya – 1000 kali lebih senangnya- bahwa Bapa yang baik,
meskipun ketidaklayakanku, menghujaniku dengan kekayaan belas kasihNya.
Satu hal yang sekurang-kurangnya dapat kulakukan sekarang
adalah menebus waktu-waktu yang telah hilang percuma itu
dan menggandakan cintaku kepadaNya.
Biarlah seluruh perbuatanku, pikiranku, dll diarahkan pada tujuan itu.
Adakah penyerahan yang lebih besar daripada,
di dalam segala-galanya dan untuk segala-galanya,
hidup hanya untuk Tuhan,
mencintai Dia di atas segala-galanya,
mencintai Dia secara lebih
karena Aku telah amat terlambat mencintaiNya.
Yah! Kebahagiaan surga dimulai di sini, di dunia...
Marilah kita memilihnya sekarang!


*Pengalaman di atas baru beliau catat dalam sebuah retret pada tahun 1814

Tidak ada komentar:

Posting Komentar