10 Maret 2009

Santo Eugenius : Bapa Pendiri Kongregasi OMI ( 3 )


Menjadi Imam dan Berkarya di Kota Kelahirannya



Eugenius ditahbiskan sebagai imam pada tanggal 21 Desember 1811 di Katedral Amiens. Yang menahbiskannya adalah uskup Jean-Francois de Demandolx, seorang sahabat keluarga dan berasal dari Provence. Ini bukan KKN lho. Tetapi hal ini demi menghindari penahbisan oleh Kardinal Maury, Uskup Agung Paris. Eugenius memandang uskup Maury sebagai “antek” Napoleon dan penunjukannya oleh kaisar sebagai tidak sah / cacat karena tanpa persetujuan dari Paus.
Setelah tahbisan, ia mulai berkarya sebagai pembimbing di seminari St.Sulpice. Eugenius mau diutus ke tempat itu mengingat para pembimbing seminari (para Sulpician) diusir berdasarkan keputusan kaisar. Sebenarnya uskup Demandolx menawarinya menjadi wakilnya. Namun Eugenius menahan diri untuk tidak menerima tawaran yang prestisius itu. Ia ingin lebih membaktikan diri secara penuh dan luas bagi pelayanan kepada orang miskin dan sederhana.
Kurang dari setahun Eugenius bekerja di seminari. Pada minggu terakhir bulan Oktober 1812, ia kembali ke Aix dan tinggal di rumah ibunya. Kepada uskup Aix, dalam suratnya beberapa bulan sebelumnya, ia telah mengungkapkan rencananya untuk melaksanakan karya kerasulan bagi orang-orang miskin dan anak-anak. Uskup bersedia memberikan kepadanya kesempatan untuk mewujudkan rencana tersebut sekalipun sebenarnya keuskupan juga kekurangan imam untuk pelayanan paroki.
Eugenius memerlukan waktu persiapan selama empat setengah bulan dengan rekoleksi dan studi yang mendalam agar dapat melihat dengan lebih jelas keadaan kaum miskin di keuskupannya beserta kebutuhan mereka. Dalam persiapannya itu, Eugenius ditemani oleh bruder Maur, seorang trappist yang sedang menunggu dibukanya kembali biaranya. Mereka telah saling mengenal ketika masih di seminari St.Sulpice. Ini menjadi pengalaman Eugenius yang pertama kalinya hidup bersama dengan seorang bruder. (Kelak bruder itu menjadi anggota kongregasinya.). Mereka berdua tinggal di rumah ibu Eugenius di jalan Papassaudi dan “kebun” milik keluarga di pinggiran kota Aix.
Akhirnya Eugenius me-“launching” karya pelayanannya dengan berkotbah bagi umat biasa di gereja Medeleine, Aix pada hari minggu pertama masa prapaska tahun 1813. Kotbahnya dalam bahasa Provencal itu dihadiri oleh banyak umat dari lapisan kelas bawah. Dalam kotbahnya itu, Pastor Eugenius menyampaikan instruksi-instruksi informal bagi para tukang, pembantu rumah tangga dan orang miskin lainnya.
Eugenius ingin menujukan karya kerasulannya bagi mereka yang miskin dan terlantar. Mereka ini adalah 1) kelompok para tukang, pembantu rumah tangga, kaum papa ; 2) muda-mudi Aix ; 3) tahanan, baik tawanan biasa maupun tawanan perang.
Karena begitu besar semangat merasulnya di penjara, Eugenius sendiri terjangkit tipus yang amat parah, sampai perlu juga menerima sakramen minyak suci. “Eugenius’s typhus had a salutary effect,” demikian tulis Alfred A. Hubenig OMI dalam bukunya yang berjudul Living in the Spirit’s Fire. Peristiwa itu menyadarkannya bahwa demi suatu pelayanan yang efektif, ia tidak dapat bekerja sendirian. Ia membutuhkan sebuah kelompok rekan kerja – sebuah komunitas imam yang sependirian-sependapat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar